Systemic Risks : Guru ‘…’ Berdiri, Murid ‘…’ Berlari

Kamis, 28 Januari 2010

Hari ini isu-nya bakal ada demo besar di negeri ini, yang inti permasalahannya berawal dari upaya penyelamatan bank kecil Century dari apa yang disebut-sebut pihak pengambil keputusan sebagai memiliki risiko sistemik bila tidak diselamatkan. Masyarakat awam yang mengikuti tontonan investigasinya oleh pansus DPR di televisi sebenarnya sudah bisa cukup paham tentang apa yang nampaknya terjadi.



Pada waktu yang bersamaan, nun jauh disana – ada negeri yang para pembuat hukumnya (lawmakers) juga lagi menginvestigasi menteri keuangannya (Treasury Secretary), untuk kasus yang sangat mirip – yaitu bailout AIG akhir 2008 yang menyebabkan rakyat negeri itu harus nomboki US$ 180 Milyar sebagai komitmen dana talangan aksi penyelamatan ini.



Investigasi ini juga disiarkan di televisi secara langsung tadi malam, saya sendiri mengikutinya dari CNBC yang menyajikan kasus ini sebagai tontonan menarik dalam skala global.



Dari apa yang saya lihat melalui dua tontonan televisi tersebut – investigasi Century di Pansus DPR RI dan investigasi bailout AIG di Congress AS – sangat-sangat banyak kemiripannya sehingga saya yakin bahwa dua hal ini bukan suatu kebetulan.



AIG terpaksa diselamatkan pemerintahnya dengan alasan risiko sistemik yang dihadapi negeri itu jauh lebih besar disbanding bila AIG dibiarkan bankrupt. Bank Century-pun di Indonesia diselamatkan dengan alasan yang persis sama.



Kalau dua kejadian tersebut bukanlah kebetulan, lantas apa sebenarnya hubungan keduanya ?; terlepas dari berbagai hubungan yang saling terkait dari system finansial global; saya memahaminya sebagai hubungan yang lebih sederhana saja – yaitu hubungan guru dan murid.



Ketika sang guru mengatakan bahwa inilah system finansial yang harus dianut di seluruh dunia, maka murid-pun serta merta mengikuti. Ketika gurunya terperosok ke lubang biawak , pada saat yang bersamaan sang murid-pun mengikuti masuk lubang biawak yang sama.



Alasan risiko sistemik bisa benar bisa salah, namun katakanlah risiko ini benar ada – dan konon dampaknya bisa begitu besar; di Amerika sendiri risiko sistemik yang ditimbulkan oleh bangkrutnya AIG – bila tidak diselamatkan – bisa mencapai derajat yang disebut sebagai Extinction Event (kejadian yang memusnahkan); lantas apa yang telah dilakukan oleh dunia dan negeri ini ?.



Saya secara pribadi belum melihat ada upaya dunia dan negeri ini untuk menghindar dari risiko yang memusnahkan tersebut.



Resep untuk menghindari risiko tersebut sebenarnya sudah ada dan sangat komplit di Syariah Islam – hanya sebagian kita umat Islam sendiri yang menyebut syariah-pun enggan apalagi menerapkannya.



Bila syariah diterapkan, maka tidak akan ada produk-produk finansial yang mengandung unsur riba, maisir dan gharar yang menjadi pangkal seluruh kebangkrutan dan risiko sistmik tersebut.



Bila harta tidak hanya berputar di golongan yang kaya , tetapi berputar secara luas di masyarakat (QS Al Hasyr :7) – maka tidak ada konsentrasi kekayaan dunia yang berpusat di segelintir orang atau institusi. AIG di negerinya bisa menimbulkan risiko pada tingkat Exctinction Level karena besarnya organisasi ini yang tidak ketulungan. Untuk bailout-nya saja dibutuhkan komitmen sampai US$ 180 Milyar atau sekitar Rp 1,700 trilyun atau setara lebih dari 250 kali dana yang dibutuhkan untuk menyelamatkan Century.



Jadi sungguh kita punya solusi itu , mengapa pula kita mengambil solusi dari Guru Yang ‘….’ Berlari ?. Wa Allahu A’lam.

sumber: geraidinar.com

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Post